Konsep Knowledge Management (KM) yang bisa didefinisikan di laman Wikipedia sebagai “the process of capturing, developing, sharing, and effectively using organisational knowledge” telah mengalami perkembangan yang pesat di beberapa dekade terakhir. Tren penerapan KM ini pun mencapai Indonesia dengan peningkatan yang pesat dari penggunaan konsep KM ini pada perusahaan-perusahaan besar yang ada di negeri ini. Buku “Successful Implementation of KM in Indonesia” yang diterbitkan oleh dunamis Publishing ini merupakan salah satu dari sedikit literatur yang membahas penerapan konsep KM di perusahaan-perusahaan Indonesia.
Buku berwarna merah dengan desain cover minimalis ini dibuka dengan sebuah kutipan dari Ikujiro Nonaka, salah satu pionir konsep KM bersama dengan koleganya, Hirotaka Takeuchi, keduanya dari Hitotsubashi University, Jepang. Pada tahun 1998 beliau pernah mengungkapkan bahwa “In an economy where the only certainty is uncertainty, the one sure source of lasting competitive advantage is knowledge”. Tentu saja perkataan berikut amat sangat relevan saat ini, 10 tahun setelah statement tersebut. Saat ini Wikipedia telah menggantikan Encyclopaedia Britannica yang sebelumnya didaulat sebagai ensiklopedi nomer wahid, bila sebelumnya keberadaan ensiklopedi itu di ruang kantor dirasa sebagai peningkat status pemiliknya, saat ini hal itu amat jarang ditemui, kalaupun ada bisa dipastikan bahwa pemiliknya akan jauh lebih sering membuka Wikipedia, yang sering dikritisi sebagai sumber informasi yang inkompeten karena setiap orang bisa mengedit informasi didalamnya, daripada ensiklopedi seharga ratusan dolar yang ada di rak kantornya.
Begitupun pula yang terjadi pada Nokia, pabrikan telepon genggam yang hingga awal tahun 2000-an menjadi household name bagi produk seluler, yang terengah-engah menghadapi produk-produk Blackberry yang menawarkan kemudahan berkomunikasi melalui fitur BBM-nya. Blackberry pun tidak bisa tinggal diam ketika Apple dengan produk iPhone-nya yang menawarkan desain elegan dan User Interface (UI) serta User eXperience (UX) yang intuitif datang mengikis dominasi Blackberry di pasar telepon pintar. Hal yang sama pun kembali menerpa iPhone dengan semakin populernya telepon pintar berbasiskan sistem operasi Android yang didukung oleh raksasa IT dunia, Google.
Kasus-kasus diatas merupakaan contoh kecil bagaimana era sekarang ini dipenuhi dengan uncertainty dan salahsatu cara yang harus dipertimbangkan oleh semua perusahaan yang ingin bertahan di tengah persaingan yang penuh ketidakpastian ini adalah dengan penerapan konsep KM.
Buku ini membahas penerapan konsep KM di 20 perusahaan finalis Indonesian Make Study yang berasal dari berbagai industri mulai dari perbankan hingga otomotif dan pendidikan. Aspek KM yang diterapkan pun beragam, dari penggunaannya dalam memanage karyawan di perusahaan hingga untuk menjalin relasi dengan konsumen, baik ritel maupun korporat.
Salah satu implementasi KM yang kerap diulas di buku ini adalah mengenai penerapan ide “learning organization” didalam perusahaan. Salah satu bentuknya adalah melalui forum training dan sesi sharing baik yang berwujud Executive Forum, Development Program (MDP, ODP, EDP) ataupun portal intranet yang berisi sistem knowledge management perusahaan. Ditunjuknya Chief Knowledge Officer (CKO) sebagai komandan dari penerapan KM di perusahaan juga merupakan suatu hal yang semakin lumrah di perusahaan-perusahaan top di Indonesia.
Contoh menarik dari implementasi KM ini ada pada PT Toyota Astra Motor (TAM). Semula didirikan pada 12 April 1971, perusahaan ini telah mengalami berbagai macam restrukturisasi organisasi, hingga yang terbaru pada Juli 2003 dimana perusahaan ini dipecah dua, menjadi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang menangani pabrik perakitan mobil-mobil Toyota di Indonesia, dan PT Toyota Astra Motor (TAM) yang menangani urusan distribusi penjualan. Sebagai unjung tombak penjualan unit-unit Toyota di Indonesia, TAM dihadapkan pada tantangan untuk bekerja sama dengan dealer-dealer mitra yang berhadapan langsung dengan konsumen, baik dalam rangka penjualan ataupun perawatan mobil Toyota. Sebagai bagian dari Toyota Motor Corp (TMC), TAM menerapkan konsep-konsep knowledge culture dari perusahaan induknya, seperti prinsip kaizen (改善) atau perbaikan terus menerus yang amat erat dengan budaya perusahaan ini. Selain itu terdapat pula sistem berbagi informasi antar dealer bernama T-First yang dapat diakses oleh semua dealer untuk saling berbagi setiap permasalahan serta inovasi yang mereka lakukan. Perpaduan dari prinsip kaizen dan respect for people (人間性尊重) dari TMC, serta Catur Dharma dari Astra menjadikan perusahaan ini memiliki budaya inovasi yang tinggi dalam melayani konsumen melalui dealer-dealernya di penjuru negeri.